photo w_zpsnnzicugf.png
Saturday, 28 February 2015

Untuk Para Pencari Kerja Pertama, Jangan Menyerah! Jemput Kesuksesanmu

Hallo sobat :D Bagaimana malam minggunya ? apakah masih ngenes sendiri seperti biasa ? Haha Daripada sobat sekalian sibuk memikirkan tentang malam minggu yang datar-datar aja HAHA. Lebih baik sobat mencoba untuk memantaskan diri terlebh dahulu HAHA. Salah satunya dengan mendapatkan pekerjaan, apalagi untuk sobat yang berjenis kelamin laki-laki yang bakal menjadi kepala keluarga, gak lucu kan ceritanya kalau seorang calon kepala keluarga pengangguran :). Setampan apapun wajah sobat, si doi bakal ragu untuk menjalin hubungan yang serius dengan sobat. Setelah ngubek-ngubek internet seharian sambil nyari ide buat postingan blog, saya menemukan artikel yang menurut saya bagus untuk memotivasi sobat yang sedang mencari pekerjaan. Artikel ini saya copypaste dari sini



Bisa mengenakan jubah toga dan topi sarjana setelah berbulan-bulan bergulat dengan tugas akhir memang alasan yang sah untuk berbahagia. Namun kamu tak boleh lengah, karena itu hanyalah awal dari perjuangan yang sebenarnya: perjuangan mencari pekerjaan pertama.

Perjuangan ini jelas bukan jalan bebas hambatan. Justru banyak kerikil yang akan kamu temui selama perjalanan. Dari untung-untungan menemukan lamaran yang potensial hingga belajar sabar saat kantor impian tak kunjung memberikan kabar, kamu akan memahami bahwa mencari rodi demi sesuap nasi bukan hanya soal memfotokopi dan melayangkan CV.

Sangat wajar jika hingga sekarang kamu belum juga menemukan “tempat berlabuh” yang tepat. Namun bukan berarti kamu harus merasa ilmu yang sudah kamu timba tak berguna. Bukan berarti pula kamu bisa santai-santai dan menyia-nyiakan kesempatan mengasah kemampuan yang kamu punya. Wahai para pencari pekerjaan pertama, jangan menyerah: masa depanmu ada di pelupuk mata!


Mungkin kamu sudah terbiasa dengan geliat dan kesibukan hidup ala mahasiswa. Kini sebagai tuna karya, hari-harimu kadang terasa hampa.

Hidupmu yang sekarang terasa begitu berbeda dibandingkan masa lalu saat masih jadi mahasiswa. Jika dulu kamu terbiasa menghabiskan siang atau malam untuk mengetik dan merampungkan laporan, tiba-tiba tak ada lagi kewajiban yang harus segera kamu tuntaskan. Tak usah bolak-balik kampus dan kost untuk mengejar dosen pembimbing, apalagi bersesak-sesakan di tempat fotokopian.

Kamu yang kembali ke rumah setelah kuliah di perantauan juga tidak bisa semudah dulu bertukar sapa dan menghabiskan waktu dengan mereka yang dekat denganmu. Hari-harimu tanpa beban, namun juga tanpa teman.

“Gila, hidup kok datar banget ya? Nyalain TV, nonton sinetron terus kesel sendiri, anter-jemput orang rumah, browsing, tidur…”

Sebagai makhluk yang bertahun-tahun terbiasa dengan kehidupan penuh tugas dan deadline, kebebasan terasa ganjil. Kamu pun gatal untuk memburu tanggung jawab baru. Tak tanggung-tanggung, hampir saban hari jari-jarimu menari di atas keyboard laptop untuk mencari lowongan pekerjaan yang kamu rasa potensial. Kotak surat elektronik hingga forum alumni kamu akses setiap hari, berharap-harap ada pengumuman tentang kesempatan kerja yang mendarat di dalamnya.


Namun sebenarnya, perasaan hampa dan bosan ini hanyalah tamparan yang kamu perlukan sebelum akhirnya memasuki dunia kerja.

Proses pencarian kerja bisa sama susahnya dengan berusaha memulai hubungan cinta. Ada ketertarikan, penolakan, hingga ‘jadian’ yang bisa berujung pada kebosanan dan ketidakcocokan. Dari berbagai pilihan, hanya ada satu yang akhirnya akan terus kamu pertahankan.

Jika hingga sekarang kamu belum juga berjodoh dengan pekerjaan yang kamu nanti, tak usah terpuruk dan merasa ilmumu tak dihargai. Jangan juga membiarkan penolakan dari kantor yang kamu lamar membuatmu merasa bakat yang kamu punya sia-sia. Sebenarnya, ini hanyalah “masa ospek” yang kamu butuhkan untuk bertransisi sempurna sebelum akhirnya memasuki dunia kerja.

Ya, kamu harus “ditampar” lebih dahulu agar sadar bahwa dunia nyata memang tak segampang yang kamu kira. Tak seperti saat masih mahasiswa, untuk mendapatkan apa yang kamu harapkan, tak cukup hanya dengan kepintaran belajar siang-malam.

Periode menjadi pengangguran sementara sebenarnya menyadarkan kita bahwa diri ini masih punya banyak hal yang perlu diperbaiki. Daripada meratapi kekurangan pribadi, bukankah lebih baik menginvestasikan waktu kita untuk menambal kekurangan-kekurangan ini?


Kadang kamu iri pada teman-teman yang sudah bisa menyisihkan gaji untuk orangtua. Rasanya, tanganmu dan dadamu terbakar karena ingin segera melakukan hal yang sama.

“Bu, ini ada uang lebih dari aku… Disimpan aja Bu, tapi maaf jumlahnya cuma segini…”

Ya, kamu sudah tak sabar lagi untuk bisa mengatakan kalimat itu pada ibumu. Karena itulah hasratmu untuk melepas status pengangguran semakin menggebu-gebu. Dadamu mencelos ketika mendengar teman yang menceritakan betapa bangganya dia ketika bisa memberikan sesuatu untuk orangtuanya, meskipun itu tak seberapa.

Kamu iri. Ingin rasanya bisa mentraktir Ibu di restoran yang selalu ingin dikunjunginya. Ingin rasanya mengajak Ayah pergi ke luar kota, tentu dengan kamu yang menanggung biayanya. Di kepalamu, yang kamu pikirkan hanya cara supaya bisa membuat mereka bahagia. Kamu ingin membuktikan bahwa pengorbanan mereka untukmu selama ini tidak sia-sia.

Akan ada saatnya kamu mampu melakukan hal yang sama: membalas cinta mereka, walau dengan pemberian yang tak seberapa.

Siapa bilang kamu tidak bisa membahagiakan mereka? Masa menunggu pekerjaan ini hanya akan terjadi sementara, jika kamu berjanji untuk mengakhirinya. Keinginan dan doa memang bahan bakar yang dahsyat untuk mengobarkan semangat, tapi kamu juga perlu bangkit dari tempat tidurmu dan benar-benar melakukan sesuatu dengan kaki, tangan, dan otakmu.

Jika selama ini kamu tak pernah mendapatkan panggilan, bongkar CV-mu dan cari tahu apa yang salah. Jika selama ini kamu selalu terhenti di tahap wawancara, perbaiki penampilanmu, tutur katamu, hingga persiapan psikologismu. Sadarlah bahwa selalu ada cara untuk memperbaiki posisimu saat ini.


Yang harus kamu lakukan adalah mulai menghargai kemampuanmu sendiri. Skripsi bisa diplagiat, CV bisa dipalsukan. Namun kamu unik, tanpa kopian.


Daripada termangu dan menyesali masa yang tak menentu ini, lebih baik investasikan waktu yang kamu punya untuk menambah pengalaman dan kemampuan pribadi. Ini bukan saatnya untuk merasa tak percaya diri. Kenyataan bahwa kamu belum juga menemukan pekerjaan bukan berarti kamu tak punya kemampuan berharga.

Untuk membuat orang lain bisa menghargai kemampuanmu, mulailah hargai kemampuanmu sendiri. Skripsi bisa diplagiat, CV bisa dipalsukan. Namun kamu adalah pribadi yang unik dan tak punya kopian. Karena itu, pengalaman dan minat apapun yang kamu punya, jangan buang mereka. Manfaatkan kesempatanmu untuk menambah dan mengasahnya.


Masa menunggu pekerjaan ini hanya akan berlangsung sementara. Pasti tiba waktunya kamu bisa membuat diri dan orang sekitarmu bahagia.

Sekarang kamu sudah mengerti betapa susahnya bertahan hidup di dunia nyata. Sekarang, kamu sudah belajar menjadi lebih rendah hati, sambil dengan tenang berusaha menambal kekurangan dan mengasah kemampuan diri.

Kerja kerasmu saat ini akan terbayar lunas suatu hari nanti. Tidak hanya dengan gaji pertama, namun juga dengan kesempatan berkarya di tempat yang benar-benar kamu senangi. Dan jika hari ini tiba, kamu akan mampu membuat orang yang kamu cintai bangga.


Selamat berjuang sobat, buktikan kalau kamu dapat membahagiakan kedua orang tuamu :)

2 komentar:

Copyright © 2012 Mr. Tama All Right Reserved