Selamat Jalan, Didi Petet! Emon, Si Kabayan dan Karya-karyamu Akan Selalu Kami Kenang
Kabar duka datang dari dunia seni peran Tanah Air. Salah seorang aktor terbaik Indonesia, Didi Widiatmoko atau yang lebih sering kita kenal dengan nama Didi Petet, berpulang pada Jum’at (15/5) pagi hari. Kabar ini cukup mengejutkan bagi kerabat dan juga masyarakat. Pasalnya, di usianya yang ke 58 tahun, Didi Petet masih terlihat aktif berkegiatan. Sinetron Preman Pensiun yang dibintanginya saat ini masih diputar dan menjadi salah satu sinetron yang layak ditonton. Almarhum Didi Petet juga diketahui baru saja memotori pameran internasional di Milan belum lama ini. Didi Petet memang dikenal sebagai sosok yang tak pernah lelah berkarya. Berkat dirinya, dunia peran di Indonesia semakin berwarna.
Akting dan Didi Petet adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan.
“Saya akan terus berakting, meski sudah tidak terpakai lagi di film. Teater adalah hidup saya, dan dari teater saya akan hidup”, Didi Petet.
Dunia akting memang telah menjadi sebagian hidup Didi Petet. Melalui berakting, pria kelahiran Surabaya, 12 Juli 1956 ini mampu menunjukkan karya-karyanya. Sebaliknya, keberadaan Didi Petet membuat dunia akting di Indonesia semakin berkembang. Dari tahun 1985, Didi Petet sudah malang melintang di dunia perfilman Tanah Air. Berbagai peran sudah pernah dia lakoni.
Didi Petet menghidupkan karakter Emon dan Kabayan, hingga menjadi lakon yang tak akan dilupakan pecinta film Indonesia.
Di tahun 1987, Didi Petet bermain dalam film “Catatan Si Boy”. Meski tak menjadi pemeran utama, penampilan Didi Petet tetap apik dan mampu mengikat hati penonton. Peranannya sebagai Emon, sahabat Boy, begitu dikenang oleh penontonnya. Karakter Emon yang sedikit gemulai, diperankan oleh Didi Petet dengan sangat baik. Tak sedikit orang mengingat Didi Petet dengan naman Emon karena lekatnya peran tersebut di kepala penonton.
Selain membuat Emon menjadi “hidup”, Didi Petet juga dikenal dengan lakonnya sebagai Kabayan. Di tahun 1989, Didi Petet menjadi pemeran utama dalam film “Si Kabayan Saba Kota”. Peran Kabayan ini membuat Didi Petet yang kelahiran Surabaya lekat sebagai orang Sunda. Tentu saja seperti yang sudah-sudah Didi Petet bermain sangat apik dalam film ini.
Didi Petet menunjukkan bahwa kunci sukses dalam memerankan karakter adalah dedikasi dan keterampilan; bukan sensasi dan wajah rupawan.
Keberadaan Didi Petet di dunia film tentu bukan sekedar modal tampang yang rupawan. Keterampilan dalam berakting dan kerja keras menjadi kunci utama Didi Petet untuk dapat bertahan dalam dunia akting. Minat serta kecintaannya pada dunia akting itu lah yang membuat dia dan akting tak bisa terpisahkan.
Dengan keterampilan dan kegigihan yang dimiliki, Didi Petet menciptakan penonton yang benar-benar apresiatif terhadap penampilan aktingnya bukan pada ketampanan saja.
Di usianya yang tak lagi muda, Didi Petet tak lantas lengser oleh aktor yang lebih muda.
Didi Petet justru semakin total berperan pada usianya yang tak lagi muda. Setelah beberapa saat dunia film di Indonesia lesu, Didi Petet menjadi salah satu aktor yang menggiatkan kembali film Indonesia. Di tahun 2000, Didi Petet kembali mewarnai layar lebar Indonesia dengan peranannya dalam film “Petualangan Sherina”. Film yang sempat heboh di awal tahun 2000 tersebut disebut-sebut sebagai film yang membangkitkan kembali film Indonesia. Di tahun berikutnya, Didi Petet juga berperan dalam film “Pasir Berbisik” yang banyak menyabet penghargaan tingkat internasional.
Melalui Film Jermal, Didi Petet membuktikan bahwa dia tetap dapat memberi penampilan terbaiknya dalam film.
Tahun 2009, Didi Petet kembali menjadi pemeran utama dalam film berjudul “Jermal”. Di film ini Didi Petet berperan sebagai Johar, seorang supervisor di pangkalan nelayan yang bertengger di panggung di tengah-tengah laut atau yang disebut juga dengan jermal. Film yang mengangkat tentang isu pekerja anak di bawah umur ini membawa Didi Petet menjadi nominasi dalam Piala Citra FFI tahun 2009 sebagai Pemeran Pria Terbaik.
Kecintaannya terhadap dunia peran tak hanya dibuktikan dengan berakting, tapi juga memastikan adanya regenerisasi dalam dunia peran Indonesia.
Selain berakting untuk sejumlah film dan sinetron, Didi Petet juga menurunkan ilmu aktingnya. Didi Petet tercatat sebagai salah satu dosen teater di IKJ. Didi juga aktif mengkuti sejumlah pementasan teater dan seminar tentang seni peran. Tak hanya mengajar secara akademik saja, Didi Petet juga membuka Acting School yang dapat diikuti oleh mereka yang masih berusia sekolah. Keaktifan Didi Petet mengajar ini membuktikna bahwa dia begitu mencintai seni peran dan ingin membuat dunia peran di Indonesia tak pernah mati. Didi tak pernah menganggap aktor yang lebih muda sebagai saingan justru dia membimbingnya menjadi lebih baik darinya.
Tak puas dengan hanya bermain film, Didi Petet pun turut mengenalkan Indonesia dengan aktif menyiapkan pameran kebudayaan tingkat internasional di Milan.
Kabar meninggalnya Didi Petet terbilang cukup mengejutkan. Disebut-sebut, kondidi kesehatan om Didi menurun setelah menyiapkan pameran kebudayaan di Milan, Italia. Didi memang seorang seniman yang tak pernah lelah berkarya untuk Indonesia. Selain berakting, Didi juga terlibat aktif dalam Rumah Aktor Indonesia (RAI) sebuah Asosiasi Perfilman Indonesia yang dibentuk oleh Maria Eka Pangestu sewaktu masih menjabat sebagai Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dari situlah, Didi akrab dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dia pun berinisiatif membawa nama Indonesia dalam Milan Expo 2015 yang merupakan pameran kebudayaan internasional.
Ada satu pesan penting yang diucapkan Didi Petet sebelum almarhum bertolak ke Milan Expo. Didi Petet meminta sineas Indonesia untuk menjaga mutu perfilman kita.
“Film Indonesia sangat maju dan saya berharap kita bisa terus berkarya dengan lebih baik. Karya-karya besar bermutu harus tetap hadir dengan stabil”, ujarnya pada CNN Indonesia.
Preman Pensiun mungkin jadi kesempatan terakhir kita menyaksikan kepiawaian Didi Petet melakoni peran.
Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Didi Petet masih muncul setiap hari dalam sinetron “Preman Pensiun”. Di saat sinetron Indonesia hadir dengan berbagai macam judul berbau nama hewan, “Preman Pensiun” hadir sebagai sinetron yang benar-benar bernuansa Indonesia. Mengambil latar belakang di Bandung, dalam sinetron ini Didi Petet berperan sebagai Kang Bahar, ketua kelompok preman yang ingin pensiun.
Lewat sinetron ini, sepertinya Didi Petet ingin mengungkapkan bahwa dirinya akan pensiun dari dunia akting. Namun, bagi kita semua yang mencintai karya-karya om Didi serta mencintai dunia film Indonesia, kepergian almarhun Didi Petet tetap terasa begitu cepat. Kita seakan masih haus akan penampilan apiknya di film, layar kaca maupun panggung teater.
Selamat jalan, om Didi Petet. Terima kasih atas dedikasi, kerja keras dan kecintaanmu terhadap dunia akting dan perfilman Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment